Kedatangan 3 kepala dinas terkait menjadi tanda pada potensi toko itu. Mereka adalah Kepala Disbudparpora Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi; Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo, Nurhadi Hanuri; dan Plt. Kepala Dinas Perdagkum Ponorogo, Sumarno.
Mereka bertiga sepakat mendukung usaha dan lembaga pendidikan batik itu, tentunya yang relevan dengan bagian kedinasannya. Judha akan berkolaborasi dari segi budaya Ponorogo, Nurhadi akan bersinergi dengan LKP-nya, dan Sumarno akan membantu dari sisi pemasaran.
"Kami meminta supaya batik khas Ponorogo dilestarikan bahkan dikembangkan. Motif - motif khas Ponorogo perlu diperbanyak. Kami ingin batik Ponorogo menjadi sebuah identitas, sehingga jika kami pakai batik, orang - orang yang melihat langsung tahu bahwa kami orang Ponorogo," kata Judha.
"Saya ke sini tentu berkaitan dengan LKP Sanggar Sakha Kencana. Ini masuk dalam bidang Pendidikan Non Formal (PNF). Mengingat kami menggencarkan PNF, saya yakin sinergi kami dapat bagus. Memang melalui pendidikan lah, kita bisa mengajarkan generasi penerus untuk cinta dan melestarikan budaya daerah," terang Nurhadi.
"Penting bagi sebuah usaha untuk bisa berkembang. Pemkab melalui Perdagkum akan membantu supaya toko ini dikenal oleh orang luar. Akan kita bantu pengenalan misal melalui pameran. Saya tekankan untuk menjaga kualitas, karena persaingan sekarang sangat ketat," jelas Sumarno.
Kekompakan tiga kadis itu sudah nampak ketika melakukan launching. Kepala Disbudparpora melakukan pemotongan tumpeng, Kepala Dindik memberikan Sertifikat LKP, dan Plt. Kepala Perdagkum memotong pita tanda Sakha Batik Store resmi dibuka.
Sementara itu, pemilik Sakha Batik Store, Widodo mengatakan bahwa dirinya menjadi sangat bersemangat mendapat dukungan dari berbagai pihak. Usaha batik yang telah ditekuninya sejak puluhan tahun silam bukan hanya untuk mencari rejeki, tapi juga menyalurkan passionnya.
"Ini merupakan salah satu usaha kreatif di Ponorogo. Kami berupaya untuk membuat dan branding batik - batik khas Ponorogo. Dengan ini, saya berharap kebudayaan lokal juga dapat lestari," katanya.
Sebenarnya tidak ada niat khusus dari Widodo untuk membuat LKP. Namun dirinya memang menerima dan membina pelajar yang mau belajar membatik. Hal inilah yang kemudian ditangkap dan didorong oleh Dindik untuk mendirikan LKP.
Salah satu sekolah yang sudah digandeng LKP Sanggar Sakha Kencana adalah SMKN 2 Ponorogo. Pihak sekolah menjelaskan, kerjasama dengan Sakha Batik sudah berjalan cukup lama, sekitar 3 - 4 tahun yang lalu. Ke depan, SMKN 2 Ponorogo akan membuka kelas industri batik Sakha.
"SMKN 2 Ponorogo memang mengangkat budaya lokal untuk berkiprah di dunia pariwisata. Peserta didik sudah kita magangkan di batik Sakha sejak 3 - 4 tahun yang lalu. Ini adalah salah satu upaya kami untuk mendukung program Pemkab Ponorogo, yaitu melalui ekonomi kreatif," pungkas Sri Sumaryana, Waka Humas SMKN 2 Ponorogo. (Red)
0 Komentar