Bantuan dari Kementan itu disalurkan melalui Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dipertahankan) Ponorogo. Total ada 590 peternak yang mendapat dana pengganti senilai 10 juta rupiah per sapi yang mati. Untuk syarat, peternak maksimal dapat mengklaim lima ekor sapi dan sudah terdaftar dalam Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (SIKHNas).
Kang Bupati berharap bantuan ini dapat menjadi obat luka para peternak sapi. Bupati meminta peternak untuk mengisi SIKHNas, sehingga dapat ikut terdata. Peternak diharapkan tidak kapok dan tetap waspada, mengingat munculnya kasus Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang kulit sapi.
"Terima kasih kepada Pemerintah Pusat yang hadir bersama masyarakat. Semoga ini dapat menjadi obat luka para peternak. Bagi peternak jangan jera, tingkatkan kualitas dan tetap waspada, apalagi muncul kasus LSD," kata Kang Bupati.
Di Ponorogo, Kecamatan Pudak menjadi daerah yang paling terdampak PMK. Ketika PMK sedang mewabah di Pudak, Kang Bupati memutuskan turun secara langsung dan berkantor di Kantor Kecamatan Pudak. Hal ini dilakukannya supaya dapat secara cepat merespon perkembangan situasi di sana.
Sementara itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI, Syamsul Ma'arif menjelaskan, uang bantuan yang masuk rekening peternak mencapai sekitar 10 milyar rupiah. Syamsul Ma'arif memastikan bantuan itu masuk buku tabungan tanpa potongan.
"Ponorogo termasuk daerah yang konsisten melaporkan penanganan PMK. Ada ribuan sapi yang diajukan untuk menerima ganti, semuanya akan mendapat ganti rugi. Tetapi memang ada yang belum selesai administrasinya," terangnya. (Red)
0 Komentar